Era Buku & Membaca
BUKU
1.) "Celluloid Colony: Locating History and Ethnography in Early Dutch Colonial Films of Indonesia" oleh Sandeep Ray (2021). Meskipun utamanya berupa teks, buku ini membahas upaya digitalisasi dan cara mengakses arsip film kolonial.
2.) “Malang: Beeld van Een Stad” (“Malang: Citra Sebuah Kota”) oleh A. van Schaik
Diterbitkan pada tahun 1996 oleh Asia Maior di Purmerend, Belanda, buku bersampul tebal berbahasa Belanda ini terdiri dari 160 halaman dan menampilkan berbagai foto hitam-putih. Buku ini memberikan eksplorasi mendalam tentang sejarah lokal, arsitektur, dan perkembangan kota Malang, dengan menyoroti kontribusi para arsitek terkemuka seperti Karel Bos. Publikasi ini merupakan bagian dari Indische stedenreeks (Seri Kota-Kota Indonesia) karya Asia Maior, yang juga mencakup buku-buku tentang Batavia, Surabaya, Semarang, dan Bandung. Seri ini terkenal karena dokumentasi visualnya yang kaya dan wawasan ilmiah tentang sejarah perkotaan kolonial Belanda di Indonesia.
​
3.) "Kota di Djawa Tempo Doeloe" ("Kota-Kota di Jawa di Masa Lalu") oleh Olivier Johannes Raap (teman Facebook baru saya :) Buku yang bagus, penuh dengan foto (kartu pos lama yang antik.)
​
4.) "Malang Tempo Doeloe: Telusuri Dengan Hati" ("Malang Tempo Doeloe: Jelajahi Dengan Hati") (2023) karya Dwi Cahyono. Data historis dan referensi terperinci. Panduan budaya dan pariwisata (alamat, telepon, faks, email, koordinat GPS.)
​
5.) "Arsitektur Di Nusantara" karya Obbe Norbruis. Banyak informasi tentang arsitektur (dan arsitek) Jawa kuno.
MEMOAR/KISAH PENYINTAS
1.) Sam (menurut catatan Gerry van Zijll Langhout) Sam, yang awalnya ditahan di Semarang, kemudian dikirim ke Kesilir. Ia selamat dari serangan torpedo dalam perjalanan dan kemudian menjalani kondisi yang keras di kamp. Seorang Dr. Marien menyelamatkannya dari malaria. Setelah Kesilir, Sam dipindahkan ke Bandung.
2.) John K. Stutterheim – The Diary of Prisoner 17326. Sebuah memoar harian terperinci yang mendedikasikan Bab 7 untuk Kesilir (halaman 41–48).
3.) Harryet Marsman – “Klapperolie voor Kesilir” (Majalah Moesson, 1996) Sebuah narasi yang merinci kehidupan sehari-hari, upaya pertanian, dan mekanisme penanggulangan tahanan di Kesilir.
4.) JG Wackwitz – Kesilir, Juli 1942 – September 1943 Sebagai pemimpin kamp Belanda, Wackwitz menawarkan perspektif organisasi dalam Moesson (1988), menceritakan struktur kamp dan kehidupan tahanan.
5.) Meskipun memoar yang berfokus pada Kesilir lebih sedikit daripada kamp lain, kisah-kisah ini menyoroti kehidupan di sana.
6.) Ernest Hillen dalam The Way of a Boy menceritakan penahanan masa kecilnya di kamp-kamp Jawa—termasuk pemindahan kereta api, meskipun tidak secara eksplisit Kesilir.
7.) Elizabeth van Kampen menceritakan penahanannya di Jawa Timur (Semarang, Malang, dan lain-lain) – meski tidak Kesilir, kesaksiannya menambah konteks berharga pada era tersebut.
8.) Memoar lainnya (Jungle Journal, Song of Survival) merinci kamp Jepang di Jawa tetapi tidak menyebutkan Kesilir secara eksplisit.
​
9.) Gerbong Maut - Kereta Kematian Bondowoso.
​
10.) Ayahku Seorang Tentara di Indonesia (1946-1949) memuat sketsa dan refleksi dari tentara Belanda, yang menawarkan perspektif tentang Revolusi Nasional Indonesia.
Jelajahi Lebih Jauh
1.) Koleksi Digital KITLV — menyimpan foto, surat, dan sejarah lisan dari kamp interniran di Indonesia.
2.) Institut NIOD untuk Studi Perang, Holocaust, dan Genosida — arsip dengan kesaksian dan dokumen tentang kamp pendudukan Jepang.
3.) YouTube dan lembaga penyiaran publik Belanda terkadang memiliki film dokumenter dengan wawancara penyintas atau rekaman sejarah tentang kamp interniran di Jawa.